SaYAp KaNaN Headline Animator

Join with me in PeopleString

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

paydotcom.com

Rabu, 21 April 2010

Kebijaksanaan Seorang Pemuda Bernama Muhammad saw.

Di dalam tarikh-tarikh yang mengisahkan tentang Sirah Nabawiyah, jejak-jejak perjalanan Sang Nabi, yang pernah kubaca, selalu dikisahkan tentang sebuah peristiwa besar yang terjadi saat Muhammad saw. belum diangkat menjadi seorang Rasul. Ketika itu, empat suku dari Bani Quraisy yang ada di makkah sedang melakukan musyawarah untuk meletakkan kembali hajar aswad ke tempatnya semula. Karena sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang mengakibatkan berpindahnya hajar aswad tersebut dari perletakannya semula.

Di dalam musyawarah itu, semuanya berusaha untuk menonjolkan suku mereka. Tidak ada satupun suku yang mau mengalah dan membiarkan suku yang lain mengembalikan hajar aswad ke posisinya semula. Semua bersikeras bahwa merekalah yang paling berhak menempatkan kembali batu hitam – pijakan Nabi Ibrahim as. saat membangun Ka’bah – itu ke tempatnya. Sepanjang musyawarah itu mereka bersitegang urat leher tanpa ada keputusan yang diambil.

Hingga akhirnya, karena di dapati jalan buntu, mereka bersepakat bahwa siapa yang pertama kali memasuki wilayah Al Haram (wilayah Ka’bah dan sekitarnya), maka dialah yang berhak menetapkan keputusan atas perkara itu. Semuanya tidak merasa keberatan dengan putusan itu.

Ternyata, mereka mendapati seorang pemuda yang sangat terkenal akan kejujurannya. Seorang pemuda bergelar Al Amin. Pemuda yang tidak pernah sekalipun mengucapkan sepatah katapun yanjg mengandung kedustaan. Hanya Beliaulah pemuda dari Bangsa Arab yang digelari Al Amin pada namanya. Ialah Muhammad saw.

Semua suku dari Bani Quraisy itu merasa bergembira karena mereka telah mengenal pemuda bijaksana itu dengan baik. Tak ada di antara mereka yang tidak mengenal Muhammad saw. lantaran ke-amanah-an dirinya.

Semua merasa bersyukur. Mereka sangat berharap bahwa Muhammad saw. akan dapat memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Keputusan bijaksana yang akan dijalankan oleh para pemuka suku yang telah bermusyawarah namun tak menghasilkan keputusan apapun.

Ketika Beliau diberitahukan mengenai perkara itu, maka Beliau membentangkan secarik kain, kemudian meminta kepada para perwakilan suku untuk memgang ujung-ujung kain itu. Setelah meletakkan hajar aswad di atas kain itu, Beliau memerintahkan agar mereka mengangkatnya ke dekat tempat hajar aswad akan diletakkan. Kemudian, Beliaulah yang mengembalikan letak hajar aswad keposisinya semula. Semuanya berlangsung dengan sangat baik. Tak ada satupun suku yang komplain dengan keputusannya.

Lihatlah, Saudaraku! Betapa bijaksananya Rasulullah saw. Beliau memecahkan perkara yang tak memiliki jalan keluar berdasarkan musyawarah panjang para perwakilan suku dari Bani Quraisy. Dengan keputusannya, semua merasa berpartisipasi dalam peletakan kembali hajar aswad, walaupun tidak mereka lakukan secara langsung. Semua merasa puas dengan keputusan yang adil dan bijaksana dari seorang pemuda yatim piatu yang dibesarkan oleh kakek dan pamannya itu.

Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita, hamba-Nya, pengikut setia di jalan Rasulullah saw., sehingga kita mampu melahirkan kebijaksanaan dan keadilan yang berguna bagi kemaslahatan umat. Amin ya Rabb, ya Mujibas saa’iliin.
Selengkapnya...

Muliakan Akhlak, Muliakan Islam

Islam adalah sebuah Din yang mengajarkan tentang kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kemuliaan kepada manusia. Kedamaian yang diagungkan Islam bukan hanya semata milik umat Muhammad saw. belaka. Lebih dari itu, Islam mengajarkan agar kedamaian, keselamatan dan kasih sayang itu juga dirasakan oleh orang-orang yang tidak menganutnya. Bahkan, kepada lingkungan pun Islam mengajarkan kasih sayang. Kepada tumbuhan, hewan, bahkan kepada benda mati, seorang muslim harus mencurahkan kasih sayangnya.

Ingatkah Kamu bagaimana Rasulullah saw. mengajarkan bagaimana akhlak kepada binatang yang akan disembelih? Ingatlah, bagaimana Rasul mengajarkan agar kita tetap berbuat ihsan – berbuat baik – kepada binatang yang akan kita sembelih sekalipun.

“Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal. Maka, apabila Engkau membunuh, bunuhlah dengan baik. Dan apabila menyembelih, sembelihlah dengan baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya (jangan disiksa).” (riwayat Muslim, Abu Daud, At Tarmidzi, An Nasa’I, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Beginilah sabda Rasulullah saw.

Subhanallah. Sampai sebegitunya Rasulullah saw. mengajarkan akhlak kepada manusia. Bahkan, di saat perang sekalipun, Nabi tetap menerapkan aturan yang mengutamakan akhlak mulia kepada para sahabatnya.

Lihatlah! Apa kata Rasulullah Muhammad saw. saat akan berangkat menuju perang Mu’tah kepada para pasukannya.

“Pergilah dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah. Jangan kalian membunuh orang tua renta, jangan membunuh anak kecil, jangan membunuh ibu yang sedang menyusui, jangan merobohkan bangunan, jangan membakar pohon dan menebang pohon kurma. Tunjukkan sikap ihsan kalian.” (riwayat Abu Daud)

Berbanggalah kita dengan ajaran akhlak Islam yang begitu mulia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al Anbiya’ [21] : 107)

Allah SWT. Mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Menebarkan rahmat, kasih sayang, pada seluruh makhluk. Bukan hanya kepada manusia, namun juga kepada seluruh makhluk Allah SWT. lainnya.

Karenanya, takkan dapat seorang muslim menjadi sosok rahmat bagi alam semesta tanpa akhlak mulia. Kemuliaan akhlaklah yang dapat mewujudkan kasih sayang, kedamaian, kesejahteraan, dan kemuliaan.



Selengkapnya...

Selasa, 20 April 2010

QS. Al Baqarah [2] : 7 ; Qalbu Yang Terkunci Mati

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Na’udzubillah min dzalik. Marilah kita berlindung kepada Allah SWT. dari malapetaka besar yang senantiasa mengincar diri kita yang selalu lalai dengan ajaran-Nya. malapetaka yang datang disebabkan tertutupnya qalbu, pendengaran, dan penglihatan kita.

Marilah berlindung dari azab Allah SWT. yang maha berat itu.

Saudaraku, khawatirlah Engkau saat diingatkan akan Allah SWT. qalbu-mu tidak lagi merasakan apapun, tidak merasakan tergetar sedikitpun. Khawatirlah saat qalbu-mu sudah jauh dari dzikrullah.

Saudaraku, khawatirlah Engkau disaat telingamu tak lagi risih sedikitpun ketika mendengar perkataan-perkataan tak bermoral. Khawatirlah saat Engkau menjadi terbiasa mendengarkan ghibah, mendengar aib saudaramu dibukakan. Khawatirlah Engkau disaat tak ada lagi rasa bersalah ketika mendengar tayangan gosip yang membongkar aib dan keburukan seseorang.

Saudaraku Fillah, khawatirlahh Engkau disaat matamu tak lahi risih saat melihat aurat yang terumbar bebas di hadapanmu. Khawatirlah Engkau disaat matamu sudah mulai terbiasa dengan “pemandangan indah” yang tidak halal bagimu. Khawatirlah Engkau disaat matamu sudah tak lagi terjaga, sudah tak lagi tertunduk di hadapan yang bukan muhrimmu.

Khawatirlah Engkau wahai Saudaraku seiman.

Saudara. Qalbu, mata dan telinga kita ini mungkin telah penuh dengan kemaksiatan.
Marilah berdoa agar Allah SWT. tidak menjadikan kita seperti orang yang digambarkan oleh ayat berikut ini.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. Al A’raf [7] : 179)

Na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa menjaga diri dan keluarga kita dari hal-hal yang demikian.

Selengkapnya...

QS. Muhammad [47] : 24 ; Qalbu Yang Terkunci

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47] : 24)

Tadabbur Al Quran adalah sebuah proses memahami dan menghayati ayat-ayat Allah SWT. Meresapkannya ke kesadaran terdalam dalam qalbu kita, sehingga relung-relung yang selama ini kosong kembali terisi dengan keimanan dan kemuliaan nilai-nilai ajaran Islam.

Pernahkah Engkau mendengar kisah Rasul yang janggutnya sampai basah oleh linangan air mata dalam qiyamul lail-nya?
Atau para sahabat yang senantiasa meneteskan air mata mereka saat ayat Al Quran disampaikan?
Pernahkah Engkau mendengar bahwa hati seorang singa padang pasir luluh dan meneteskan air mata karena menghayati ajaran-ajaran Islam yang mulia?
Pernahkah Engkau melihat atau mendengar para ulama selalu basah pelupuk matanya ketika melantunkan ayat-ayat Al Quran Al Karim?
Pernahkah?

Atau, pernahkah Engkau sendiri mengalaminya? Menghayati nilai-nilai ajaran Al Quran. Meresapkannya ke dalam qalbu-mu, sehingga qalbu-mu menjadi sehalus sutera, sekaligus sekokoh baja?

Hanya mereka yang qalbu-nya telah membatu dan terkuncilah yang tidak lagi merasakan arti dan nilai-nilai ajaran Al Quran yang penuh dengan kemuliaan.

Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa menjaga hati kita dan keluarga kita dari terkuncinya qalbu. Kita harus senantiasa berdoa kepada Sang Pembolak-balik qalbu, agar senantiasa meneguhkan qalbu kita di atas ajaran-Nya. Amin ya Rabbul ‘izzati.
Selengkapnya...

Jumat, 09 April 2010

Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????


Kalau aku nonton TV atau baca koran pagi-pagi. Moodku langsung berubah menjadi jelek. Tau nggak kenapa? Ya karena itu, ulah-ulah para corruptor yang tak mau berhenti dari kerjaannya yang bikin rakyat sengsara. Corruptor, si perusak tatanan kebangsaan, tatanan keberagamaan, tatanan kemanusiaan, tatanan sosial masyarakat dan tatanan kehidupan lainnya.

Salah Kaprah Terhadap Budaya Malu

Kalau boleh tau, seberapa banyak sih yang bisa mereka makan dari hasil korupsi mereka itu. Apa perut mereka harus diisi dengan porsi yang lebih besar dari makan petani? Apa mereka tidak berpakaian kalau mereka tidak korupsi? Apa kalau nggak korupsi, mereka akan tinggal di bawah jembatan? Atau, ternyata budaya kita telah benar-benar berlebihan dalam menerapkan budaya “malu”. Malu kalau nggak punya mobil mewah, malu kalau nggak bisa makan enak tiap hari, malu kalau nggak punya rumah mewah, malu kalau, kalau, kalau, dan kalau-kalau yang lainnya. Atau yang paling dahsyat lagi, malu kalau nggak korupsi.

Apa memang sudah sebegitu jauh “perkembangan budaya malu” di masyarakat kita?

Pernahkah Engkau mendengar sabda Rasulullah SAW. “Malu adalah bagian dari iman. Dan iman tempatnya di surga. Sementara kekejian sebagian dari hati yang kesat. Sementara hati yang kesat tempatnya di neraka.”

Beliau juga bersabda, “Malu seluruhnya baik.” Dan di dalam hadits yang lain disampaikan, “Malu selalu mendatangkan kebaikan.”

Nah. Setelah membaca hadits ini, barulah aku tau bahwa para koruptor itu ternyata tidak punya malu sedikitpun lagi. Mengapa? Karena ternyata, Rasul mengajarkan bahwa orang yang beriman dan memiliki rasa malu tidak akan mau melanggar aturan Allah SWT. Orang yang memiliki rasa malu tidak akan mau menghinakan dirinya di hadapan Allah SWT., dihadapan orang banyak dan dihadapan dirinya sendiri.

Jadi, apa namanya kelakuan yang dibuat oleh para koruptor itu kalau bukan karena “malu” yang berlebihan?

Para koruptor itu bukan malu. Tapi, mereka minder. Merasa dirinya kecil di hadapan manusia, sehingga mereka berusaha “membesarkan’ harga dirinya dengan limpahan materi. Tak peduli materi itu datang dari sikap menghinakan diri sendiri dengan mengambil hak-hak orang lain alias mencuri.

Betapa kerdilnya hati para koruptor itu. Sudahlah menghinakan dirinya pada Allah Azza Wa Jalla, ia juga menghinakan dirinya di hadapan manusia. Dan yang paling parahnya, ia mampu menghinakan dirinya di hadapan hati nuraninya. Membohongi hati nuraninya sendiri. Membunuh sifat hanif yang ada di dalam qalbunya.

Na’udzu billah tsumma na’udzubillah min dzalik.

Salah Kaprah Dengan Pengertian Bodoh

Atau, budaya korupsi itu berkembang bak jamur di musim hujan karena ada kaitannya dengan “bertambah pintar”nya bangsa ini? Sehingga, mereka yang merasa dirinya pintar harus mau melakukan korupsi. Karena akan ada selentingan yang beredar jika ada orang yang tidak mau korupsi. Begini nih bunyi selentingannya: “Bodoh kali dia itu. Posisi basah gitu kok nggak dimanfaatkan.”

Sudah menjadi sebuah stigma umum di masyarakat kalau seseorang yang jabatannya sudah tinggi harus kaya. Kalau tidak memperkaya diri dengan jabatannya itu, maka ia adalah orang terbodoh yang pernah ada. Sehingga, karena itu agar bisa menyesuaikan diri dengan stigma yang berkembang di masyarakat, banyak orang yang tega melakukan korupsi.

Tahukah Engkau bahwa Rasul pernah bersabda, “Orang yang bodoh itu adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan panjang terhadap Allah.”

Para koruptor itu tidak mau dikatakan bodoh, sehingga mereka benar-benar “memanfaatkan” jabatan yang mereka duduki. Namun, dengan demikian, menurut Rasulullah SAW. mereka adalah orang yang telah benar-benar terjerumus ke dalam jurang kebodohan karena mereka hanya mengutamakan hawa nafsunya. Padahal, siapa yang dapat mengetahui sampai dimana batas kepuasan hawa nafsu. Hawa nafsu takkan mengenal kata puas. Sekali berbuat, maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang kemudian akan berkembang menjadi karakter. Jika karakter-karakter ini berkumpul menjadi pengurus bangsa, maka jadilah bangsa yang berkarakter koruptor. Dapatkah Engkau bayangkan jika bangsa ini berkarakter perusak?

Memperbanyak syukur, insya Allah akan menjadikan mental kita kebal terhadap bahaya laten korupsi. Syukur juga akan menyuburkan sifat qanaah di dalam hati kita.

Salah Kaprah Terhadap Makna Sikap Berani

Atau ternyata di antara para koruptor telah beredar “virus keberanian”. Virus yang membuat mereka menjadi berani melakukan korupsi. Untuk melakukan kemaksiatan mereka sikap berani mereka muncul sedemikian besarnya. Bukankah untuk melakukan korupsi seseorang butuh keberanian yang berlipat ganda?

Entah apa yang terlintas di dalam hati mereka sehingga dengan begitu mudahnya muncul keberanian untuk melakukan korupsi.

Rasul pernah mengajarkan kepada kita, “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan hati. Sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman.”

Lihatlah apa kata Rasul di atas! Orang yang membenci sebuah kemungkaran di dalam hatinya dkatakan sebagai orang dengan iman yang selemah-lemahnya. Lihatlah! Betapa naifnya para koruptor itu mengartikan “keberanian”. Mereka tidak menyertakan iman di dalam keberanian mereka. Sehingga, jika kita memandang dalam persfektif keimanan, maka para koruptor itu tidak mungkin termasuk dalam golongan orang-orang yang imannya lemah. Karena selemah-lemahnya iman adalah mencegah kemungkaran dengan hati. Setidak-tidaknya dengan membenci kemungkaran dan mendoakannya agar hilang dari muka bumi Allah ini.

Maka, di golongan manakah para koruptor itu berada? Apakah mereka masuk dalam klasifkasi orang-orang yang beriman? Di manakah tempat mereka di akhirat kelak? Wallahu a’lam bish shawab.

Maka, pertanyaan terakhir bagi para koruptor di negeri ini, Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????”
Selengkapnya...

Indahnya Kesabaran Rasulullah SAW.


Suatu malam, Abu Lahab mengutus istrinya saat Rasulullah berada di sekitar Ka’bah pada waktu sahur dengan membawa duri dan meletakkannya di jalan yang dilalui oleh Rasulullah.

Begitu keluar, kaki Rasulullah saw. terkena duri dan Beliau mengusap darah yang keluar dari kedua kaki beliau seraya berkata:

“Allahumaghfir liqaumii, fainnahum laa ya’lamuun.”

“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”


Dalam peristiwa yang lain, di hadapan khalayak ramai di atas kepala beliau diletakkan ketuban kambing yang baru saja melahirkan. Mereka, para kafir penentang dakwah Rasulullah saw., menertawakan beliau. Namun, taukah Kamu apa yang dilakukan oleh Rasul? Apakah balasan yang diberikan Rasul kepada mereka? Apakah Rasul marah?

Tidak, beliau tidak marah. Malah beliau berdoa sebagaimana doanya di atas.

“Allahumaghfir liqaumii, fainnahum laa ya’lamuun.”

“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”


Bahkan ketika seorang malaikat datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasul Allah! Izinkan aku menimpakan dua gunung ini kepada mereka.”

Taukah Kamu apa jawaban Rasul? Rasul ternyata tidak mau didominasi oleh amarahnya. Dan beliau menjawab permohonan malaikat itu dengan kata-kata yang sungguh menyejukkan jiwa.

“Tidak. Sesungguhnya aku berharap kepada Allah supaya dari keturunan-keturunan mereka ada yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”
(HR. Bukhari)

Lihatlah olehmu! Betapa sabarnya Rasulullah saw. Betapa pemaafnya Beliau. Betapa kesabaran menghiasi qalbunya.

Bayangkan! Jika Kamu yang berada di posisi beliau saat itu. Apa yang akan Kamu lakukan. Dapatkah Kamu berlaku sebagaimana yang beliau lakukan? Dapatkah Kamu membalas keburukan yang dilakukan kepadamu dengan sebuah doa yang penuh keikhlasan? Tidak membalas perlakuan buruk itu dengan perlakuan yan sama atau bahkan lebih, walaupun Kamu sebenarnya mampu melakukannya?

Sungguh. Maha Suci Allah yang telah mengutus Rasulullah saw. ke muka bumi ini dengan kesabaran yang begitu indah.

فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا

“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.”
(QS. 70:5)
Selengkapnya...

Gimana Ya, Kalau Dosa Njendol???


“Eh, jangan gitu. Nanti berdosa lho.”

“Alah. Nggak apa-apa. lha wong dosa nggak njendol aja, kok.”

Pernah nggak Kamu dengar percakapan seperti atau sejenis dengan percakapan di atas? Kalau sudah pernah, ini hanya mereview ingatan Kamu saja. Kalau belum pernah, ya ini aku beri tahu realita kehidupan yang ada. Hehe,.. Bukan menggurui lho, cuma tukar informasi.

Subhanallah. Maha Suci Allah yang tetap mengasihi hamba-Nya, walaupun kebanyakan hamba-Nya itu selalu berbuat kesalahan. Pernahkah Kamu membayangkan jika semua dosa yang kita lakukan langsung dinampakkan Allah balasannya di dunia ini? Pernahkah terbayang olehmu kalau kamu berbuat dosa, langsung ada tanda di tubuhmu? Langsung njendol misalnya?

Kalau aku, aku tak bisa membayangkan entah bagaimana tubuhku ini. Tentu seluruhnya sudah penuh dengan jendolan-jendolan dosa yang telah kulakukan. Betapa malunya diri ini. Jangankan njendol karena dosa, jerawat sebiji yang tumbuh di pipi akan membuat seorang menjadi minder. Konon lagi jendolan yang tumbuh karena dosa.

Lihatlah! Betapa sayangnya Allah kepada hamba-Nya. Tidak terenyuhkah kamu dengan sifat Rahman dan Rahim Allah SWT. Masihkan kamu tidak merasa malu dengan kebaikan yang Allah berikan kepadamu, walaupun kamu tetap berbuat dosa kepada-Nya.

Masihkah kamu akan mengatakan “Lha wong dosa nggak njendol aja, kok.” waktu kamu dilarang oleh temanmu, bahkan oleh hatimu saat akan melakukan dosa?

Entah mengapa, ketika aku menuliskan tulisan ini, mataku menjadi berkaca-kaca. Tak terasa lelehan air mata membasahi pelupuk mataku.
Teringat aku akan dosaku yang telah menggunung.
Teringat aku akan kesalahanku yang tak lagi terhitung.
Teringat aku akan amalku yang tak berarti di hadapan-Nya.
Terbayang di benakku, tubuhku penuh dengan lumuran noda dan dosa.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. 7:23)

Hanya kebaikanlah yang dapat menghapuskan njendol-njendol dosa yang kita perbuat. Rasulullah pernah mengatakan:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قاَلَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ." (رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح)

Artinya : Dari Abu Dzarr, dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringilah (balaslah) keburukan dengan kebaikan niscaya dia akan menghapusnya serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.at-Turmudzy, yang berkomentar: Hadîts Hasan Shahîh)

Dan Allah juga berkata :

وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. 11:114)
Selengkapnya...

Akhlak Mulia Rasulullah saw.


Pernahkah Kamu mendengar untuk apa Rasul diturunkan ke muka bumi ini? Tentu. Tentu pernah. Bayangkan betapa jauhnya hidup kita dari Rasulullah jika kita tidak mengetahui untuk apa Rasul diutus kepada umat manusia seluruhnya. Sedangkan Rasul adalah uswah hasanah, contoh teladan yang baik, yang menjadi patron kita dalam mengejawantahkan ajaran Allah SWT. di muka bumi-Nya ini.

Rasul pernah bersabda :

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak mulia.”

Di dalam Al Quran Allah SWT. mengatakan :

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21:107)

Apa korelasi antara hadits dan ayat di atas? Marilah sama-sama kita renungkan. Apakah dapat terwujud sebuah kehidupan yang menjadi rahmat bagi semesta alam kalau tidak dilandasi dengan akhlak mulia? Tidak. Tentu tidak. Rahmat bagi semesta alam tidak akan terwujud tanpa adanya akhlak mulia. Sungguh. Maka Allah SWT. Mengutus Rasul-Nya yang memiliki akhlak yang agung.

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. 68:4)

Hanya dengan akhlaknya yang agung, manusia mau mengikuti Rasulullah saw. Hanya karena kesempurnaan akhlaknya, kejahiliyahan dapat dituntaskankannya. Hanya karena akhlaknya yang mulai, hati yang sekeras batu karang luluh bagaikan lilin yang dibakar api. Hanya karena kemuliaan akhlaknya, kaum kaum yang dahulunya menjadi penentang terkuat akhirnya menjadi pembela terdepan. Sungguh luar biasa akhlak Raslulullah. Bahkan para musuh Allah pun mengakui keagungan akhlaknya. Hanya karena keangkuhan mereka, hidayah Allah tidak meresap ke dalam qalbu mereka.

Suatu ketika, Aisyah ra., istri Rasulullah, pernah ditanya oleh sahabat tentang bagaimana akhlak Rasul. Aisyah ra. menjawab “Sesungguhnya akhlaknya adalah Al Quran”.

Rasulullah adalah wujud Al Quran berjalan. Wujud pengejawantahan nilai-nilai ajaran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Al Quranlah yang menjadikan Muhammad saw. sebagai sosok dengan akhlak yang begitu sempurna. Perkataannya, perbuatannya, bahkan diamnya merupakan tuntunan yang patut kita teladani.

Renungilah teman. Renungi bagaimana kita bisa menjadikan diri kita sebagai perwujudan dari seorang manusia yang berakhlak Qurani. Manusia yang setidak-tidaknya menjadi “imitasi” dari sosok seorang Muhammad saw. Walaupun mungkin hanya sekuku hitam saja yang mampu kita lakukan, itu lebih baik daripada tidak sama sekali, atau bahkan peduli pun tidak.

Sambil bercermin, menatap diri, merenungi karunia Allah Yang Mahaindah. Marilah kita berdoa sebagaimana doa Rasulullah saw.

Allahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii
“Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.”

Selengkapnya...