Tiada kata yang pantas kita ucapkan kepada sosok yang paling mulia, yang pernah dilahirkan di muka bumi ini selain shalawat, salam dan keberkahan atasnya. Dialah satu-satunya manusia yang paling pantas menerima itu semua dari kita - yang telah mendapatkan karunia yang sangat besar karena telah mengenal ajaran yang dibawa olehnya – kecuali Rasulullah saw., penghulu para nabi, khatamul anbiya’, nabi yang sangat mulia akhlaknya, Muhammad saw.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab [33] : 56)
Allah SWT. mengutus nabi Muhammad saw. tidaklah untuk menjadi apa-apa, kecuali hanya untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Allah di dalam Al Quran Al Karim :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya:
”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya’ [21] : 107)
Subhanallah, Rasulullah Muhammad saw. merupakan semulia-mulianya makhluk. Adakah yang lebih mulia daripada seorang manusia yang menjadi utusan sang Khalik, Allah SWT., ke muka bumi ini untuk menjadikan umat manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kasing sayang, penuh dengan keindahan dan keagungan akhlak, serta membawa kedamaian dan kemulaiaan hidup. Tak ada teladan yang lebih baik lagi bagi umat manusia dalam menbangun kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kecuali hanya Rasulullah Muhammad saw. Sosok yang selalu membawa kesejukan hati bagi orang-orang yang mengenalnya. Bukan hanya orang yang berdekatan dengannya, bahkan kepada orang-orang yang jauh sekalipun, baik jauh secara tempat maupun jauh secara waktu. Kesejukan yang diberikannya tak pernah lekang oleh batas-batas ruang dan waktu. Sosoknya jugalah yang telah memberikan kerinduan yang sangat mendalam di hati setiap umatnya untuk dapat bertemu dengannya. Rasulullah saw. laksana seorang kekasih hati, walaupun jauh di mata, namun terasa sangat dekat di sanubari umatnya.
Maka, kita perlu merenungkan dan mendalami syair berupa doa yang sering dilantunkan dimana-mana. Agar kita tetap berada dalam penerangan cahaya Allah SWT.
Allahumma nawwir quluubanaaya Allah,
ka qalbi rasulika ya Allah
Terangkan hati kami ya Allah,
seperti hati Rasul-Mu ya Allah
Rasululllah Muhammad saw. dilahirkan di tengah-tengah bangsa Arab. Pada masa itu, bangsa Arab sangat terkenal dengan budaya-budaya jahiliyah, mulai dari gaya hidup individu sampai hukum masyarakat yang berlaku. Maha suci Allah SWT. yang telah menjaga Rasul-Nya dari berbagai fitnah jahiliyah. Allah SWT. menjadikan benteng yang sangat kuat pada hati Rasulullah saw., sehingga beliau tidak pernah terkotori sedikitpun oleh lumpur jahiliyah yang sangat merajalela pada masa itu. Beliau dilahirkan dari keturunan orang yang terkenal baik, lahir dari pernikahan yang sah, bukan dari hasil perzinahan. Beliau juga dibesarkan dengan kehidupan sederhana yang membentuk kepribadiannya, menjadikannya sabar, teguh pendirian, jujur, bersahaja, rendah hati, cerdas, bijaksana dan penuh dengan sinar kemuliaan akhlak.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya:
”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalaam [68] : 4)
Tak ada seorang pun yang sejujur Rasulullah saw. dalam menerima amanah. Sehingga, hanya ada satu Al-Amin yang dikenal bangsa Arab kala itu, itulah Muhammad saw. Tidak pernah ada orang yang meragukan kejujurannya. Bahkan, ketika ia mengatakan bahwa di balik bukit di mana mereka tinggal akan ada yang menyerang bangsanya, maka mereka akan percaya, walaupun mereka tidak pernah melihatnya. Hanya ketika Rasulullah saw. menyampaikan risalah kerasulannyalah, banyak di antara mereka yang mengkhanatinya, bahkan mengatakan bahwa ia adalah seorang pendusta, bahkan ia dikatakan sebagai orang yang hilang akalnya, penyihir, penyair, dukun dan sebagainya.
وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ
Artinya :
“Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.” (QS. At-Takwir [81] : 22)
Masa Kecil Muhammad Saw
Nabi Muhammad saw. dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah. Beliau telah menjadi seorang yatim ketika masih berada dalam kandungan ibunya. Saat berumur enam tahun, ibunya wafat. Sehingga, ia menjadi seorang yatim piatu. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya yang bernama Abu Thalib. Kakeknya inilah yang selalu memanggil beliau dengan sebutan nama Ahmad. Sebuah nama yang sangat jarang ada pada masa itu. Saat beliau berumur delapan tahun, kakeknya meninggal dunia. Pamannyalah, Abdul Muthalib, yang merawat dan membesarkannya setelah meninggalnya kakeknya hingga ia dewasa, bahkan dialah yang menjadi pembela utamanya dalam menyebarkan ajaran Allah SWT. kelak walaupun ia tidak pernah mengucapkan kalimat tauhid hingga akhir hayatnya.
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash [28] : 56)
Sebagai seorang anak kecil, Muhammad saw. telah menunjukkan perbedaan yang sangat besar dengan anak-anak kecil lainnya. Dikisahkan dalam sejarah bahwa ketika beliau masih berumur dua tahun, saat itu beliau masih berada dalam asuhan ibu susunya yaitu Halimah Asy-sya’diyah, beliau keluar dari kemahnya menatap kelangit, berpikir tentang bintang-bintang, berpikir tentang malam. Saat Halimah mengetahui bahwa beliau berada di luar, maka ia pun lantas membawanya masuk kembali ke dalam kemah. Namun, beliau kembali keluar dari kemahnya dan melakukan hal yang sama. Subhanallah, seorang anak kecil telah berpikir tentang malam, tentang bintang, tentang langit. Siapa yang menciptakannya? Siapa yang mengaturnya? Siapa yang menjadikan alam semesta iin begitu sempurnanya?
Ketika Rasulullah saw. masih kecil, pada dirinya telah nampak tanda-tanda kenabian. Suatu ketika, saat ia berumur dua belas tahun, pamannya, abdul Muthalib membawanya berdagang ke negeri Syam. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang Rahib yang bernama Bukhaira. Rahib itu memneritahukan bahwa pada diri Muhammad saw. telah ada tanda-tanda kenabian, maka ia pun memperingatkan kepada Abdul Muthalib agar menjaga beliau dari gangguan yang mengancamnya.
Dari kecilnya Rasulullah saw. selalu hidup dalam kesucian dan kemuliaan. Tak pernah beliau sujud kepada berhala, tak pernah meminum khamar, tak pernah berdusta, tak pernah berbuat curang dan tak pernah menyakiti orang lain. Semua orang menyayangi Muhammad saw. pada masa kecilnya.
Selengkapnya...