Di dalam tarikh-tarikh yang mengisahkan tentang Sirah Nabawiyah, jejak-jejak perjalanan Sang Nabi, yang pernah kubaca, selalu dikisahkan tentang sebuah peristiwa besar yang terjadi saat Muhammad saw. belum diangkat menjadi seorang Rasul. Ketika itu, empat suku dari Bani Quraisy yang ada di makkah sedang melakukan musyawarah untuk meletakkan kembali hajar aswad ke tempatnya semula. Karena sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang mengakibatkan berpindahnya hajar aswad tersebut dari perletakannya semula.
Di dalam musyawarah itu, semuanya berusaha untuk menonjolkan suku mereka. Tidak ada satupun suku yang mau mengalah dan membiarkan suku yang lain mengembalikan hajar aswad ke posisinya semula. Semua bersikeras bahwa merekalah yang paling berhak menempatkan kembali batu hitam – pijakan Nabi Ibrahim as. saat membangun Ka’bah – itu ke tempatnya. Sepanjang musyawarah itu mereka bersitegang urat leher tanpa ada keputusan yang diambil.
Hingga akhirnya, karena di dapati jalan buntu, mereka bersepakat bahwa siapa yang pertama kali memasuki wilayah Al Haram (wilayah Ka’bah dan sekitarnya), maka dialah yang berhak menetapkan keputusan atas perkara itu. Semuanya tidak merasa keberatan dengan putusan itu.
Ternyata, mereka mendapati seorang pemuda yang sangat terkenal akan kejujurannya. Seorang pemuda bergelar Al Amin. Pemuda yang tidak pernah sekalipun mengucapkan sepatah katapun yanjg mengandung kedustaan. Hanya Beliaulah pemuda dari Bangsa Arab yang digelari Al Amin pada namanya. Ialah Muhammad saw.
Semua suku dari Bani Quraisy itu merasa bergembira karena mereka telah mengenal pemuda bijaksana itu dengan baik. Tak ada di antara mereka yang tidak mengenal Muhammad saw. lantaran ke-amanah-an dirinya.
Semua merasa bersyukur. Mereka sangat berharap bahwa Muhammad saw. akan dapat memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Keputusan bijaksana yang akan dijalankan oleh para pemuka suku yang telah bermusyawarah namun tak menghasilkan keputusan apapun.
Ketika Beliau diberitahukan mengenai perkara itu, maka Beliau membentangkan secarik kain, kemudian meminta kepada para perwakilan suku untuk memgang ujung-ujung kain itu. Setelah meletakkan hajar aswad di atas kain itu, Beliau memerintahkan agar mereka mengangkatnya ke dekat tempat hajar aswad akan diletakkan. Kemudian, Beliaulah yang mengembalikan letak hajar aswad keposisinya semula. Semuanya berlangsung dengan sangat baik. Tak ada satupun suku yang komplain dengan keputusannya.
Lihatlah, Saudaraku! Betapa bijaksananya Rasulullah saw. Beliau memecahkan perkara yang tak memiliki jalan keluar berdasarkan musyawarah panjang para perwakilan suku dari Bani Quraisy. Dengan keputusannya, semua merasa berpartisipasi dalam peletakan kembali hajar aswad, walaupun tidak mereka lakukan secara langsung. Semua merasa puas dengan keputusan yang adil dan bijaksana dari seorang pemuda yatim piatu yang dibesarkan oleh kakek dan pamannya itu.
Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita, hamba-Nya, pengikut setia di jalan Rasulullah saw., sehingga kita mampu melahirkan kebijaksanaan dan keadilan yang berguna bagi kemaslahatan umat. Amin ya Rabb, ya Mujibas saa’iliin.
Selengkapnya...
Rabu, 21 April 2010
Kebijaksanaan Seorang Pemuda Bernama Muhammad saw.
Muliakan Akhlak, Muliakan Islam
Islam adalah sebuah Din yang mengajarkan tentang kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan kemuliaan kepada manusia. Kedamaian yang diagungkan Islam bukan hanya semata milik umat Muhammad saw. belaka. Lebih dari itu, Islam mengajarkan agar kedamaian, keselamatan dan kasih sayang itu juga dirasakan oleh orang-orang yang tidak menganutnya. Bahkan, kepada lingkungan pun Islam mengajarkan kasih sayang. Kepada tumbuhan, hewan, bahkan kepada benda mati, seorang muslim harus mencurahkan kasih sayangnya.
Ingatkah Kamu bagaimana Rasulullah saw. mengajarkan bagaimana akhlak kepada binatang yang akan disembelih? Ingatlah, bagaimana Rasul mengajarkan agar kita tetap berbuat ihsan – berbuat baik – kepada binatang yang akan kita sembelih sekalipun.
“Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal. Maka, apabila Engkau membunuh, bunuhlah dengan baik. Dan apabila menyembelih, sembelihlah dengan baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya (jangan disiksa).” (riwayat Muslim, Abu Daud, At Tarmidzi, An Nasa’I, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Beginilah sabda Rasulullah saw.
Subhanallah. Sampai sebegitunya Rasulullah saw. mengajarkan akhlak kepada manusia. Bahkan, di saat perang sekalipun, Nabi tetap menerapkan aturan yang mengutamakan akhlak mulia kepada para sahabatnya.
Lihatlah! Apa kata Rasulullah Muhammad saw. saat akan berangkat menuju perang Mu’tah kepada para pasukannya.
“Pergilah dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah. Jangan kalian membunuh orang tua renta, jangan membunuh anak kecil, jangan membunuh ibu yang sedang menyusui, jangan merobohkan bangunan, jangan membakar pohon dan menebang pohon kurma. Tunjukkan sikap ihsan kalian.” (riwayat Abu Daud)
Berbanggalah kita dengan ajaran akhlak Islam yang begitu mulia.
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al Anbiya’ [21] : 107)
Allah SWT. Mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Menebarkan rahmat, kasih sayang, pada seluruh makhluk. Bukan hanya kepada manusia, namun juga kepada seluruh makhluk Allah SWT. lainnya.
Karenanya, takkan dapat seorang muslim menjadi sosok rahmat bagi alam semesta tanpa akhlak mulia. Kemuliaan akhlaklah yang dapat mewujudkan kasih sayang, kedamaian, kesejahteraan, dan kemuliaan.
Selengkapnya...
Selasa, 20 April 2010
QS. Al Baqarah [2] : 7 ; Qalbu Yang Terkunci Mati
Na’udzubillah min dzalik. Marilah kita berlindung kepada Allah SWT. dari malapetaka besar yang senantiasa mengincar diri kita yang selalu lalai dengan ajaran-Nya. malapetaka yang datang disebabkan tertutupnya qalbu, pendengaran, dan penglihatan kita.
Marilah berlindung dari azab Allah SWT. yang maha berat itu.
Saudaraku, khawatirlah Engkau saat diingatkan akan Allah SWT. qalbu-mu tidak lagi merasakan apapun, tidak merasakan tergetar sedikitpun. Khawatirlah saat qalbu-mu sudah jauh dari dzikrullah.
Saudaraku, khawatirlah Engkau disaat telingamu tak lagi risih sedikitpun ketika mendengar perkataan-perkataan tak bermoral. Khawatirlah saat Engkau menjadi terbiasa mendengarkan ghibah, mendengar aib saudaramu dibukakan. Khawatirlah Engkau disaat tak ada lagi rasa bersalah ketika mendengar tayangan gosip yang membongkar aib dan keburukan seseorang.
Saudaraku Fillah, khawatirlahh Engkau disaat matamu tak lahi risih saat melihat aurat yang terumbar bebas di hadapanmu. Khawatirlah Engkau disaat matamu sudah mulai terbiasa dengan “pemandangan indah” yang tidak halal bagimu. Khawatirlah Engkau disaat matamu sudah tak lagi terjaga, sudah tak lagi tertunduk di hadapan yang bukan muhrimmu.
Khawatirlah Engkau wahai Saudaraku seiman.
Saudara. Qalbu, mata dan telinga kita ini mungkin telah penuh dengan kemaksiatan.
Marilah berdoa agar Allah SWT. tidak menjadikan kita seperti orang yang digambarkan oleh ayat berikut ini.
(QS. Al A’raf [7] : 179)
Na’udzubillah min dzalik. Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa menjaga diri dan keluarga kita dari hal-hal yang demikian.
Selengkapnya...
QS. Muhammad [47] : 24 ; Qalbu Yang Terkunci
Tadabbur Al Quran adalah sebuah proses memahami dan menghayati ayat-ayat Allah SWT. Meresapkannya ke kesadaran terdalam dalam qalbu kita, sehingga relung-relung yang selama ini kosong kembali terisi dengan keimanan dan kemuliaan nilai-nilai ajaran Islam.
Pernahkah Engkau mendengar kisah Rasul yang janggutnya sampai basah oleh linangan air mata dalam qiyamul lail-nya?
Atau para sahabat yang senantiasa meneteskan air mata mereka saat ayat Al Quran disampaikan?
Pernahkah Engkau mendengar bahwa hati seorang singa padang pasir luluh dan meneteskan air mata karena menghayati ajaran-ajaran Islam yang mulia?
Pernahkah Engkau melihat atau mendengar para ulama selalu basah pelupuk matanya ketika melantunkan ayat-ayat Al Quran Al Karim?
Pernahkah?
Atau, pernahkah Engkau sendiri mengalaminya? Menghayati nilai-nilai ajaran Al Quran. Meresapkannya ke dalam qalbu-mu, sehingga qalbu-mu menjadi sehalus sutera, sekaligus sekokoh baja?
Hanya mereka yang qalbu-nya telah membatu dan terkuncilah yang tidak lagi merasakan arti dan nilai-nilai ajaran Al Quran yang penuh dengan kemuliaan.
Mudah-mudahan Allah SWT. senantiasa menjaga hati kita dan keluarga kita dari terkuncinya qalbu. Kita harus senantiasa berdoa kepada Sang Pembolak-balik qalbu, agar senantiasa meneguhkan qalbu kita di atas ajaran-Nya. Amin ya Rabbul ‘izzati.
Jumat, 09 April 2010
Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????
Kalau aku nonton TV atau baca koran pagi-pagi. Moodku langsung berubah menjadi jelek. Tau nggak kenapa? Ya karena itu, ulah-ulah para corruptor yang tak mau berhenti dari kerjaannya yang bikin rakyat sengsara. Corruptor, si perusak tatanan kebangsaan, tatanan keberagamaan, tatanan kemanusiaan, tatanan sosial masyarakat dan tatanan kehidupan lainnya.
Salah Kaprah Terhadap Budaya Malu
Kalau boleh tau, seberapa banyak sih yang bisa mereka makan dari hasil korupsi mereka itu. Apa perut mereka harus diisi dengan porsi yang lebih besar dari makan petani? Apa mereka tidak berpakaian kalau mereka tidak korupsi? Apa kalau nggak korupsi, mereka akan tinggal di bawah jembatan? Atau, ternyata budaya kita telah benar-benar berlebihan dalam menerapkan budaya “malu”. Malu kalau nggak punya mobil mewah, malu kalau nggak bisa makan enak tiap hari, malu kalau nggak punya rumah mewah, malu kalau, kalau, kalau, dan kalau-kalau yang lainnya. Atau yang paling dahsyat lagi, malu kalau nggak korupsi.
Apa memang sudah sebegitu jauh “perkembangan budaya malu” di masyarakat kita?
Pernahkah Engkau mendengar sabda Rasulullah SAW. “Malu adalah bagian dari iman. Dan iman tempatnya di surga. Sementara kekejian sebagian dari hati yang kesat. Sementara hati yang kesat tempatnya di neraka.”
Beliau juga bersabda, “Malu seluruhnya baik.” Dan di dalam hadits yang lain disampaikan, “Malu selalu mendatangkan kebaikan.”
Nah. Setelah membaca hadits ini, barulah aku tau bahwa para koruptor itu ternyata tidak punya malu sedikitpun lagi. Mengapa? Karena ternyata, Rasul mengajarkan bahwa orang yang beriman dan memiliki rasa malu tidak akan mau melanggar aturan Allah SWT. Orang yang memiliki rasa malu tidak akan mau menghinakan dirinya di hadapan Allah SWT., dihadapan orang banyak dan dihadapan dirinya sendiri.
Jadi, apa namanya kelakuan yang dibuat oleh para koruptor itu kalau bukan karena “malu” yang berlebihan?
Para koruptor itu bukan malu. Tapi, mereka minder. Merasa dirinya kecil di hadapan manusia, sehingga mereka berusaha “membesarkan’ harga dirinya dengan limpahan materi. Tak peduli materi itu datang dari sikap menghinakan diri sendiri dengan mengambil hak-hak orang lain alias mencuri.
Betapa kerdilnya hati para koruptor itu. Sudahlah menghinakan dirinya pada Allah Azza Wa Jalla, ia juga menghinakan dirinya di hadapan manusia. Dan yang paling parahnya, ia mampu menghinakan dirinya di hadapan hati nuraninya. Membohongi hati nuraninya sendiri. Membunuh sifat hanif yang ada di dalam qalbunya.
Na’udzu billah tsumma na’udzubillah min dzalik.
Salah Kaprah Dengan Pengertian Bodoh
Atau, budaya korupsi itu berkembang bak jamur di musim hujan karena ada kaitannya dengan “bertambah pintar”nya bangsa ini? Sehingga, mereka yang merasa dirinya pintar harus mau melakukan korupsi. Karena akan ada selentingan yang beredar jika ada orang yang tidak mau korupsi. Begini nih bunyi selentingannya: “Bodoh kali dia itu. Posisi basah gitu kok nggak dimanfaatkan.”
Sudah menjadi sebuah stigma umum di masyarakat kalau seseorang yang jabatannya sudah tinggi harus kaya. Kalau tidak memperkaya diri dengan jabatannya itu, maka ia adalah orang terbodoh yang pernah ada. Sehingga, karena itu agar bisa menyesuaikan diri dengan stigma yang berkembang di masyarakat, banyak orang yang tega melakukan korupsi.
Tahukah Engkau bahwa Rasul pernah bersabda, “Orang yang bodoh itu adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan panjang terhadap Allah.”
Para koruptor itu tidak mau dikatakan bodoh, sehingga mereka benar-benar “memanfaatkan” jabatan yang mereka duduki. Namun, dengan demikian, menurut Rasulullah SAW. mereka adalah orang yang telah benar-benar terjerumus ke dalam jurang kebodohan karena mereka hanya mengutamakan hawa nafsunya. Padahal, siapa yang dapat mengetahui sampai dimana batas kepuasan hawa nafsu. Hawa nafsu takkan mengenal kata puas. Sekali berbuat, maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang kemudian akan berkembang menjadi karakter. Jika karakter-karakter ini berkumpul menjadi pengurus bangsa, maka jadilah bangsa yang berkarakter koruptor. Dapatkah Engkau bayangkan jika bangsa ini berkarakter perusak?
Memperbanyak syukur, insya Allah akan menjadikan mental kita kebal terhadap bahaya laten korupsi. Syukur juga akan menyuburkan sifat qanaah di dalam hati kita.
Salah Kaprah Terhadap Makna Sikap Berani
Atau ternyata di antara para koruptor telah beredar “virus keberanian”. Virus yang membuat mereka menjadi berani melakukan korupsi. Untuk melakukan kemaksiatan mereka sikap berani mereka muncul sedemikian besarnya. Bukankah untuk melakukan korupsi seseorang butuh keberanian yang berlipat ganda?
Entah apa yang terlintas di dalam hati mereka sehingga dengan begitu mudahnya muncul keberanian untuk melakukan korupsi.
Rasul pernah mengajarkan kepada kita, “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan hati. Sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman.”
Lihatlah apa kata Rasul di atas! Orang yang membenci sebuah kemungkaran di dalam hatinya dkatakan sebagai orang dengan iman yang selemah-lemahnya. Lihatlah! Betapa naifnya para koruptor itu mengartikan “keberanian”. Mereka tidak menyertakan iman di dalam keberanian mereka. Sehingga, jika kita memandang dalam persfektif keimanan, maka para koruptor itu tidak mungkin termasuk dalam golongan orang-orang yang imannya lemah. Karena selemah-lemahnya iman adalah mencegah kemungkaran dengan hati. Setidak-tidaknya dengan membenci kemungkaran dan mendoakannya agar hilang dari muka bumi Allah ini.
Maka, di golongan manakah para koruptor itu berada? Apakah mereka masuk dalam klasifkasi orang-orang yang beriman? Di manakah tempat mereka di akhirat kelak? Wallahu a’lam bish shawab.
Maka, pertanyaan terakhir bagi para koruptor di negeri ini, “Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????”
Selengkapnya...