Kalau aku nonton TV atau baca koran pagi-pagi. Moodku langsung berubah menjadi jelek. Tau nggak kenapa? Ya karena itu, ulah-ulah para corruptor yang tak mau berhenti dari kerjaannya yang bikin rakyat sengsara. Corruptor, si perusak tatanan kebangsaan, tatanan keberagamaan, tatanan kemanusiaan, tatanan sosial masyarakat dan tatanan kehidupan lainnya.
Salah Kaprah Terhadap Budaya Malu
Kalau boleh tau, seberapa banyak sih yang bisa mereka makan dari hasil korupsi mereka itu. Apa perut mereka harus diisi dengan porsi yang lebih besar dari makan petani? Apa mereka tidak berpakaian kalau mereka tidak korupsi? Apa kalau nggak korupsi, mereka akan tinggal di bawah jembatan? Atau, ternyata budaya kita telah benar-benar berlebihan dalam menerapkan budaya “malu”. Malu kalau nggak punya mobil mewah, malu kalau nggak bisa makan enak tiap hari, malu kalau nggak punya rumah mewah, malu kalau, kalau, kalau, dan kalau-kalau yang lainnya. Atau yang paling dahsyat lagi, malu kalau nggak korupsi.
Apa memang sudah sebegitu jauh “perkembangan budaya malu” di masyarakat kita?
Pernahkah Engkau mendengar sabda Rasulullah SAW. “Malu adalah bagian dari iman. Dan iman tempatnya di surga. Sementara kekejian sebagian dari hati yang kesat. Sementara hati yang kesat tempatnya di neraka.”
Beliau juga bersabda, “Malu seluruhnya baik.” Dan di dalam hadits yang lain disampaikan, “Malu selalu mendatangkan kebaikan.”
Nah. Setelah membaca hadits ini, barulah aku tau bahwa para koruptor itu ternyata tidak punya malu sedikitpun lagi. Mengapa? Karena ternyata, Rasul mengajarkan bahwa orang yang beriman dan memiliki rasa malu tidak akan mau melanggar aturan Allah SWT. Orang yang memiliki rasa malu tidak akan mau menghinakan dirinya di hadapan Allah SWT., dihadapan orang banyak dan dihadapan dirinya sendiri.
Jadi, apa namanya kelakuan yang dibuat oleh para koruptor itu kalau bukan karena “malu” yang berlebihan?
Para koruptor itu bukan malu. Tapi, mereka minder. Merasa dirinya kecil di hadapan manusia, sehingga mereka berusaha “membesarkan’ harga dirinya dengan limpahan materi. Tak peduli materi itu datang dari sikap menghinakan diri sendiri dengan mengambil hak-hak orang lain alias mencuri.
Betapa kerdilnya hati para koruptor itu. Sudahlah menghinakan dirinya pada Allah Azza Wa Jalla, ia juga menghinakan dirinya di hadapan manusia. Dan yang paling parahnya, ia mampu menghinakan dirinya di hadapan hati nuraninya. Membohongi hati nuraninya sendiri. Membunuh sifat hanif yang ada di dalam qalbunya.
Na’udzu billah tsumma na’udzubillah min dzalik.
Salah Kaprah Dengan Pengertian Bodoh
Atau, budaya korupsi itu berkembang bak jamur di musim hujan karena ada kaitannya dengan “bertambah pintar”nya bangsa ini? Sehingga, mereka yang merasa dirinya pintar harus mau melakukan korupsi. Karena akan ada selentingan yang beredar jika ada orang yang tidak mau korupsi. Begini nih bunyi selentingannya: “Bodoh kali dia itu. Posisi basah gitu kok nggak dimanfaatkan.”
Sudah menjadi sebuah stigma umum di masyarakat kalau seseorang yang jabatannya sudah tinggi harus kaya. Kalau tidak memperkaya diri dengan jabatannya itu, maka ia adalah orang terbodoh yang pernah ada. Sehingga, karena itu agar bisa menyesuaikan diri dengan stigma yang berkembang di masyarakat, banyak orang yang tega melakukan korupsi.
Tahukah Engkau bahwa Rasul pernah bersabda, “Orang yang bodoh itu adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan panjang terhadap Allah.”
Para koruptor itu tidak mau dikatakan bodoh, sehingga mereka benar-benar “memanfaatkan” jabatan yang mereka duduki. Namun, dengan demikian, menurut Rasulullah SAW. mereka adalah orang yang telah benar-benar terjerumus ke dalam jurang kebodohan karena mereka hanya mengutamakan hawa nafsunya. Padahal, siapa yang dapat mengetahui sampai dimana batas kepuasan hawa nafsu. Hawa nafsu takkan mengenal kata puas. Sekali berbuat, maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang kemudian akan berkembang menjadi karakter. Jika karakter-karakter ini berkumpul menjadi pengurus bangsa, maka jadilah bangsa yang berkarakter koruptor. Dapatkah Engkau bayangkan jika bangsa ini berkarakter perusak?
Memperbanyak syukur, insya Allah akan menjadikan mental kita kebal terhadap bahaya laten korupsi. Syukur juga akan menyuburkan sifat qanaah di dalam hati kita.
Salah Kaprah Terhadap Makna Sikap Berani
Atau ternyata di antara para koruptor telah beredar “virus keberanian”. Virus yang membuat mereka menjadi berani melakukan korupsi. Untuk melakukan kemaksiatan mereka sikap berani mereka muncul sedemikian besarnya. Bukankah untuk melakukan korupsi seseorang butuh keberanian yang berlipat ganda?
Entah apa yang terlintas di dalam hati mereka sehingga dengan begitu mudahnya muncul keberanian untuk melakukan korupsi.
Rasul pernah mengajarkan kepada kita, “Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka rubahlah dengan hati. Sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman.”
Lihatlah apa kata Rasul di atas! Orang yang membenci sebuah kemungkaran di dalam hatinya dkatakan sebagai orang dengan iman yang selemah-lemahnya. Lihatlah! Betapa naifnya para koruptor itu mengartikan “keberanian”. Mereka tidak menyertakan iman di dalam keberanian mereka. Sehingga, jika kita memandang dalam persfektif keimanan, maka para koruptor itu tidak mungkin termasuk dalam golongan orang-orang yang imannya lemah. Karena selemah-lemahnya iman adalah mencegah kemungkaran dengan hati. Setidak-tidaknya dengan membenci kemungkaran dan mendoakannya agar hilang dari muka bumi Allah ini.
Maka, di golongan manakah para koruptor itu berada? Apakah mereka masuk dalam klasifkasi orang-orang yang beriman? Di manakah tempat mereka di akhirat kelak? Wallahu a’lam bish shawab.
Maka, pertanyaan terakhir bagi para koruptor di negeri ini, “Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????”
Jumat, 09 April 2010
Kok, Berani-Beraninya Ya Anda Korupsi????
Label:
Moslem file
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar