SaYAp KaNaN Headline Animator

Join with me in PeopleString

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

paydotcom.com

Sabtu, 27 Maret 2010

“Jalan Yang Lurus”

Menarik sekali untuk kita simak apa yang disampaikan oleh M. Quraish Shihab ketika menjelaskan tentang Al Quran surat Al Maidah ayat 16:

Artinya : “dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”

Di dalam Al Quran Allah Azza wa Jalla menyampaikan kepada manusia tentang shirathal mustaqim. Menarik untuk diketahui bahwa dalam bahasa Al Quran ‘shirat’ berarti ‘jalan yang lurus’, katakanlah semacam jalan tol. Kata ini termbil dari kata yang berarti ‘menelan’. Seakan-akan karena luasnya, ia menelan pejalan yang lalu lalang disana. Seseorang yang melalui jalan tol, jika ia tidak tersesat, maka ia akan sampai ke tujuan dengan cepat karena jalan tersebut bebas hambatan.

Al Quran juga menggunakan kata ‘sabil’ yang berarti jalan. Namun, jika diamati, kata ini – tidak sama dengan shirat – digunakan dalam Al Quran dalam bentuk tunggal atau jamakserta dirangkaikan dengan sesuatu yang menunjukkan kepada Tuhan, seperti kata ‘sabililah’ dan ‘subula rabbina’ atau dirangkaikan dengan hamba-hamba Tuhan yang taat atau yang durhaka (sabil al muttaqin dan sabil al mujrimin).

Al Quran memberikan petunjuk bahwa jalan yang baik dihimpun oleh suatu ciri, yaitu “kedamaian, ketentraman dan ketenangan”. Semua jalan yang bercirikan hal tersebut pasti bermuara ke jalan yang luas lagi lurus yang dinamai dengan “shiratal mustaqim”. Sebagaimana firman Allah di atas.

Apa makna itu semua? Maknanya adalah pesan Al Quran untuk tidak bersikap picik, karena banyak jalan menuju shiratal mustaqim. Semua jalan yang bercirikan keselamatan dan kedamaian akan bermuara kesana. Pesan Al Quran : Jangan mempersempit shirat, ia dapat menampung semua pejalan; semua aliran, semua pendapat, dan mazhab selama bercirikan ‘as salam’. Jalam menuju surga adalah lebar, siapa pun dapat menelusurinya tanpa terganggu atau mengganggu pejalan yang lain.

Tapi benarkah jalan itu luas dan lebar? Bukankah banyak larangan agama yang menghambat lajunya lalu lintas kehidupan sehingga jalan terasa sempit? Untuk menjawab pertanyaan ini, baiklah kita menjawab secara jujur pertanyaan berikut: Benarkah lampu lalu lintas menghambat perjalanan seseorang? Benarkah berhenti sejenak mematuhi isyarat lampu merah memperlambat seseorang menuju ke tujuan? Bukankah ketiadaan lampu justru mempersempit dan memperlambat arus?

Agama menuntut kita untuk mematuhi rambu-rambu jalan serta isyarat-isyaratnya, baik yang terdapat dalam perjalanan dari dan ke rumah maupun dalam perjalanan hidup ke rumah yang kekal di sisi Tuhan. Jalan yang disiapkan adalah jalan yang luas lagi lurus.

Diambil dari: Kisah Dan Hikmah Kehidupan, Lentera Hati, M. Quraish Shihab.

Tidak ada komentar: