SaYAp KaNaN Headline Animator

Join with me in PeopleString

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

paydotcom.com

Sabtu, 27 Maret 2010

Logam Kecilku

Aku punya satu kebiasaan mengumpulkan uang recehan mulai dari pecahan Rp. 50,- sampai Rp. 1000,- yang berbentuk logam. Recehan itu kudapatkan dari kembalian-kembalian parkir, belanja kebutuhan, kembalian naik angkot dan sebagainya. Ntah kenapa – aku pun nggak tau – rasa senang selalu muncul begitu saja ketika melihat kumpulan uang logam yang kutaruh di dalam sebuah kotak kecil. Tiap kali kulihat uang di dalam kotak itu berserakan, aku selalu luangkan waktu sedikit untuk merapikannya. Ntah kenapa, walaupun jumlahnya sedikit, aku merasa uang recehan itu begitu berharga.

Sudah beberapa minggu ini, aku tidak memperhatikan 'logam-logam berharga' itu. Ketika ada uang recehan kudapatkan, langsung kumasukkan saja, tanpa memperhatikan kondisi uang di dalam kotak kecil itu. Jarang sekali aku mau mengambil logam-logam kecil yang sudah kukumpulkan beberapa tahun ini. Sayang sekali rasanya.

Hingga, kemarin, aku ingin pergi ke suatu tempat. Uang yang ada di dompetku terlalu besar jika hanya untuk membayar parkir di tempat itu. Sedangkan uang ribuan, aku tidak punya waktu itu. Yah, mau tak mau, akupun terpaksa mengambil uang dari dalam kotak kecil wasiat itu.

Tapi,.........
Betapa kesalnya aku ketika itu,....... (sampai saat menulis ini pun kesalku belum juga bisa kuredakan, ampuni aku ya Allah,......)

Waktu aku mau mengambil uang pecahan Rp. 500,-an, aku tak mendapatkannya lagi disana. Semua logam pecahan Rp. 500,-an dan ribuan yang tersusun rapi di kotak kecil itu telah raib entah kemana. Tak meninggalkan jejak sedikit pun. Yang tersisa hanya logam pecahan ‘limpul’, seratus dan dua ratusan saja ditambah sebiji uang logam 500an yang terselip di antara recehan kecil yang tertinggal. Ah, betapa kesalnya aku,......

Aku jadi lupa kalau waktu itu saya mau pergi. Kuambil kotak kecil saya itu. Lama,...... kuperhatikan,........ kulihat berulang-ulang,........... kupastikan lagi........... Ternyata memang benar telah hilang. Seakan tak percaya aku waktu itu, logam-logam kecil kesayanganku – yang telah kukumpulkan bertahun-tahun – telah HILANG. Kesal sekali aku,...... Begitu kesalnya aku, kukeluarkan uang-uang kecil itu dari dalam kotaknya, kuserakkan di lantai, kemudian ku masukkan lagi dengan kondisi yang berantakan. Baru di hari berikutnya, dengan menyabar-nyabarkan diri, kususun kembali recehan-recehan kecil yang tertinggal itu. Ah,... sedihnya,......

Kehilangan uang dengan jumlah yang sama atau lebih besar nominalnya daripada logam-logam kecilku yang hilang itu takkan membuat aku sekesal ini. Memang, nominalnya tak seberapa, tapi walaupun orang yang mengambilnya mau mengembalikan lagi uangku itu dengan nominal yang sama atau lebih besar sekalipun, nilai logam-logam kecil itu takkan tergantikan. Kesalnya hatiku takkan terobati dengan nominal uang. Maafkan aku,...... memang saya masih kesal,.....

Peristiwa ini membuatku semakin sadar betapa segala rasa yang ada di hati ini tak dapat dibandingkan dengan materi. Perasaan senang, bahagia, cinta, rindu, kasih, sayang, semua itu tak ternilai harganya. Tak tergantikan oleh apa pun. Bahkan rasa benci, kesal, sedih, marah, pun ternyata tak terobati dengan materi. Betapa ruginya kalau kita tak menghargai atau mengabaikan perasaan-perasaan hati.

Menjaga benda kecil yang dapat membuat hati ini merasa bahagia, jauh lebih penting daripada menjaga segudang harta.

Terkadang, sesuatu yang kecil terasa begitu berarti saat kita telah kehilangan.

Tidak ada komentar: