“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Maka Kami beri Dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim.
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,
(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
(QS. 37 : 100 – 111)
Sungguh, keikhlasan yang tiada taranya dari seorang ayah dan anaknya telah tergambar dengan begitu indahnya pada kisah yang diabadikan Allah SWT di dalam ayat-ayat-NYA supaya menjadi pelajaran bagi kita yang mentadabburinya.
Diawali dengan sebuah doa sederhana - namun merupakan sebuah harapan terbesar - dari seorang yang dikenal sebagai Bapaknya para Nabi, Ibrahim as, kepada Sang Maha Pemberi Karunia agar diberikan anugrah seorang anak yang shalih.
Harapan ini telah menggambarkan kepada diri kita bahwa kesuksesan terbesar seorang anak dalam pandangan seorang ayah yang shalih bukanlah kesuksesan duniawi dan materi semata, namun yang lebih berharga daripada itu semua adalah keshalihan yang mengalir dalam derap langkah anaknya. Keshalihan yang mampu membawanya menuju pengabdian tertinggi kepada Penciptanya.
Hingga pada suatu waktu, ketika Allah Azza wa Jalla memintanya melakukan sebuah tugas yang maha berat, maka tanpa keraguan sedikit pun ia akan melaksanakannya. Sebagaimana yang digambarkan dalam drama pengorbanan Nabi Ibrahim as., atas anaknya Ismail as.
Ibrahim as. merupakan suri teladan yang tiada bandingannya dalam keikhlasan, ketulusan dan kesabarannya dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. Ia mampu – tanpa keraguan sedikit pun – mengorbankan anak yang sangat diharapkan kehadirannya selama bertahun-tahun, anak yang menjadi tumpuan kasih sayangnya, untuk dikurbankan, disembelih sebagai bukti kecintaan dan ketaatannya kepada Allah SWT.
Sungguh, Allah SWT telah memberikan tuntunan kepada kita tentang bagaimana mencintai. Bagaimanapun cinta dan sayangnya kita kepada segala sesuatu, maka cinta dan sayang kita itu tidaklah pantas jika melebihi cinta kita kepada Allah SWT. Dan, cinta suci memang selalu disertai dengan pengorbanan.
Begitu pun dengan Nabi Ismail as. Betapa mulia dirinya. Ia adalah seorang anak yang sedang beranjak menuju kedewasaan usia, namun telah memiliki sebuah kebulatan tekad untuk menjadi seorang hamba yang penuh dengan kesabaran. Tak ada terbersit kebimbangan dalam dirinya ketika mengatakan kepada ayahnya : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Subhanallah,... inilah gambaran sebuah kesabaran dan bentuk penyerahan diri secara totalitas kepada Allah SWT. Penyerahan diri yang dilakukan dengan penuh ketulusan, dilandasi oleh kesabaran, kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT, Sang Maha Pemberi Hidup.
Basah mata ini saat menghayati kisah yang – Subhanallah,... – sangat menggugah sudut-sudut hati yang lama tak tersentuh oleh arti sebuah ketulusan dalam pengorbanan. Kurenungi diri ini, mampukah setabah Ismail as., sesabar Ibrahim as., setulus penyerahan diri mereka kepada kehendak Allah SWT, Yang Mahakuasa. Mampukah diri ini masuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang bergelar muhsinin. Hamba Allah yang mampu lulus saat menjalani ujian-ujian-NYA.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ.......
Artinya : "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (QS. 7 : 126)
Sabtu, 27 Maret 2010
Sebuah Kisah : ‘Penyembelihan Seorang Anak oleh Ayahnya’
Label:
Moslem file
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar